Rabu, 04 Maret 2015

Whitening Cream Berbahaya

Untuk menjadi cantik, terkadang wanita tidak akan berpikir panjang untuk menggelontorkan sejumlah dana. Namun, terkadang dana yang dikeluarkan tersebut, juga tidak diarahkan untuk membeli produk yang tepat. Yang terkadang tidak terjamin kualitas dan keamanannya. Jadilah, banyak wanita yang tergoda untuk memakai produk yang tidak dikeluarkan oleh produsen yang jelas dan diketahui kualitas dan efeknya bagi si pemakai. Produk-produk tersebut banyak dijual bebas di pasaran, tanpa tahu, siapa sesungguhnya yang memproduksinya dan terbuat dari bahan apakah cream tersebut. Kebanyakan cream tersebut, dibuat oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab, dengan menggunakan bahan berbahaya seperti  Mercury , yang diadon dengan mentega dan tepung yang tidak jelas asal muasalnya.
Laris di Pasar Jambi
Meski berbahaya, penjualan Whitening Cream ini sangat laris di pasaran Jambi, terutama di kalangan menengah ke bawah. Meski harga cream tersebut mahal, bahkan lebih tinggi dari harga cream yang berasak dari klinik resmi, sepeti Erha 21 dan Natasha, jenis cream berbahaya tersebut mempunyai pangsa pasar dan pelanggan tetap. Harga jualnya pun bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu perpasang krim siang dan malam, hingga mencapat Rp 300 ribu per pasangnya. Jumlah yang terbilang cukup mahal tersebut, bahkan tidak menjadi masalah bagi wanita-wanita penkonsumsinya tersebut.

Bayangkan, berapa banyak keuntunngan yang biosa didapatkan oleh pebisnis Whitening Cream yang memiliki langgan tetap tersebut di Kota Jambi. Salah seorang pebisnis Cream DHA dan Walet, Atikah, mengaku bisa meraup keuntungan bersih  sebesar Rp 5 juta per bulannya, dari berjualan cream ilegal tersebut. Lebih jauh Atikah menjelaskan, dari modal yang hanya mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per pasang, iia bisa menjualnya dengan harga Rp 300 ribu per pasang. (ist)